Notice

Tapi tak apa setidaknya aku tahu sebelum memendam rasa terlalu dalam, memiliki ekspektasi terlalu tinggi, dan angan-angan terlalu indah pada dirinya. 

Mungkin, ini jawaban istikharahku selama sebulan ini. 

Yah.. Tidak semua yang datang mengisi hari-hari kita akan menjadi pendamping hidup, mungkin sengaja dititipkan sebagai pembelajaran hidup. 

Aku menertawakan nasibku lagi kali ini. Aku harus berjiwa besar. Bukankah seorang yang dinyatakan berkualitas karena ujiannya yang bertubi-tubi dan bisa terselesaikan ? Tapi tak menapik sebagai hamba, aku sering bertanya pada sang Maha Cinta. Mengapa semua orang baik yang sendiri populasinya semakin berkurang ? Mengapa semua orang baik yang kujumpai harus menghilang dengan jejak sebuah kartu ucapan yang manis ? Apakah aku bukan tergolong dalam orang baik ? Lalu kenapa aku tidak menjadi bagian dalam mereka ?. 

Tapi kata kebanyak orang bijak berkata bahwa semua orang berjalan sesuai rotasinya dan akan berhenti pada waktunya. Setiap orang punya keberuntungan masing-masing dan Aku punya keberuntunganku sendiri. 

Mungkin ini cara Tuhan menguji hatiku agar menjadi tangguh sembari menunggu yang juga sedang berjuang, agar kelak kami bisa beruntung untuk bertemu dalam versi terbaik kami. 

Sesaat saja. 

Rasanya airmataku tak berhenti meneteskan bulir kepedihannya. 

Aku benar sakit. 

Sangat sakit rasanya. 

Entah sudah keberapakalinya terjadi seperti ini. 

Sungguh suratan takdir ini begitu menyiksaku. 

Aku sudah sangat berpasrah ditangan sang Ilahi. 

Sungguh aku telah berada diambang keputus-asa-anku. 

Berapa banyak tangan ini menyambut tapi tak satupun tangan yang tersambut. 

Aku ingin berhenti saja. 

Tapi setiap esok menyapa aku tetap terbangun dalam sunyi. 

Mereka pergi... 

Datang dengan penuh ragu. 

Menghilang tanpa permisi. 

Mereka pergi.. 

Meninggalkan aku dengan berita sendunya.